Minggu, 20 Juni 2010

puisi tak berjudul yang dibuat setelah misa perpisahan kelas 3 SMAK St. Albertus

Hari ini, lilin kami meleleh
Panas dan terbakar
Sungai tiada berarah
Melalui mata keluar

Hujan pun tak berhenti
Membanjiri wajah kami
Saat akhir kebersamaan kami
Direstui di aula ini

Kristal-kristal di lantai
Tanda masa kami
Tak kan berlalu
Karena kristal itu,
Adalah lilin kami yang membara...

Bara awal masa depan
Dan awal akhir masa istimewa...

Inilah tanda akhir kami,
Sebagai balas tak berarti
Bagi guru yang telah mendidik sepenuh hati,
Untuk tidak tinggal kembali disini

Dan untuk keabadian kecil
Dengan sahabat dan teman
Untuk berpisah persil,
Menanti bersilang jalan..

(Tulisan tanpa judul ini dibuat ketika misa menjelang unas angkatan 2008/2009 selesai tanggal 26 April 2009 dan disempurnakan tanggal 1 Juni 2010)

"Past"

Lone I walked,
on the way tainted,
shadow accompanied my paths,
as I walk past aftermaths

Real seemed not,
The friend has been
Together for short not,
But was I never keen

Now friendship is glaring,
never I knew that I had not caring,
and I knew not I've not been cared
and when everything is clear,
I know not what it is. .

Sabtu, 08 Mei 2010

inilah akibat stress pra UTS Kimia

elektrolisislah hatiku,
tuk mendapatkan gumpalan cintaku,
semurni besi,
yang keluar dari tanur tinggi

namun, takkan ada artinya
dengan dinding hatimu,
yang takkan meluruh
dengan memancarkan kepedulianmu

karena habis hatiku
meluruh berjuta bagian,
menanti waktu paruhmu
hingga tak lagi berarti
kehadiranku disisi


aku tahu, besar energi aktivasimu
dengan faktor Arrhenius yang kecil antara kita
tapi tidakkah, kau ingin melihat
kompleks ion cinta kita?

suatu saat
jika hatiku dan hatimu bereaksi
menjadi adisi kisah kita
jangan lupakan
besar konsentrasi cintaku
untuk melarutkan cintamu

Senin, 26 April 2010

Pulangkah?

I

Inilah kisah hamba-Mu
yang hina,
serong dengan dosa,
anak kehidupan fana

di kaki senja ia bertanya
TUhan pergi kemana,
di lautan diselamnya,
katanya:
Tuhan tak pernah disana

hamba-Mu tak pulang
mentari lenyap,
janji setianya tak berulang,
tak bagi Tuannya ia lelap.

II

Gunung tinggi tak menghalangi,
hamba-MU mengelana bumi
tak lelah ia
bersetubuh dengan dosa

merusak kebenaran ia,
menipu ia,
memeriahkan gerbang kota
dengan seribu berita

dikatakannya di gerbang kota
berita omong kosong
tentang bumi yang penuh,
dipenuhi oleh pesta yang jenuh

III

Lupa diri ia,
bumi penuh kekosongan
tak ada kamar yang abadi
selain di rumah kemarin

Karena kemarin ia
adalah anak TUannya,
pewaris hidup Abadi,
hamba dari Yang Suci

malam Tuannya pulang,
tak punya muka ia,
hanya ingin datang
untuk mengucap jumpa

IV

tak tahu ketika pulang
akankah ia dipanggil;
anak-Ku yang bungsu?
hamba-ku yang setia?

sebab ia tak dikenal;
rumahnya melupakan dia,
sama seperti dia
di rumah tak mengenal

hanya Bapanya yang tahan,
bila ia berpulang,
dan mengadakan Jamuan
di rumah yang akan datang

Lepas

dunia tak pernah mengambil,
dan tak pernah diambil,
karena semua kembali,
dan tak bisa pergi

Kala kehidupan tak kekal,
yang dalam sementara pun tak kekal,
untuk sebentar pun tidak,
tak ada yang kumiliki seumur hidupku

kala aku tak menggenggam,
kala aku tak tahu,
bagian itu telah kelam,
tak lagi disitu

bagian itu manis,
dan pahit saat yang bersamaan,
indah dan berharga
dan tak bisa kembali

bagian yang menjauhkanku
dari sang Kebenaran,
kini telah pergi,
meninggalkan kesusahan pekerjaannya padaku

kini, aku tahu
tak semua bisa kugenggam,
karena semua bukan milikku,
karena semua akan kembali

kembali, bukan padaku,
tetapi padaMU,
yang memiliki semuaku,
dan semua yang bukan aku.

Selasa, 02 Maret 2010

Hanya Untukmu!

Kamu tidak akan tahu rasanya membunuh
jika belum mencobanya
Rasa kemenangan dan puas
Ingin lagi, ingin lagi
BUNUH BUNUH!!

Siapa peduli urusanmu jika engkau mati
apa peduliku
Kamu seonggok daging yang pintar membelit lidah
Sampah dunia, hiasan di akhirat
Heran! Kenapa Tuhan menciptakanku untuk membunuhmu?

BUNUH! BUNUH!! Ingin lagi, Ingin lagi

Rabu, 24 Februari 2010

apa adanya

Si ceroboh menggores tangannya sendiri dengan gunting

apakah ia bodoh?

tidak, ia hanya ceroboh.

Kadang, kita perlu memaklumi kesalahan orang lain,

bukan untuk menerimanya sebagai sesuatu yang benar,

tetapi untuk menerima dia apa adanya

Tanpa Warna

Abu-abu,

Di balik buku,

Dan kata-katamu


Hitam kelam,

Bagai awan legam.

bayang mencekam,

Kau membunuh warnaku!


Kalkulusku,

adalah pelangi!

Dan fisikaku,

Serancak bunga di padang!


Namun kau awan kejam!

Mewarnai cintaku, darahku,

warnaku, dan hatiku

tanpa warna!


Musnahlah saja kau dari muka bumi,

Penyindir agung!

Kata-katamu yang benar ini,

Tak lagi menyanjung


Sedalam warnamu,

tak pernah kau mengerti!

Saat-saat segala keindahan pelangi

mewarnai hati yang sepi...

Senin, 25 Januari 2010

Pita Kuning Hari Kemarin

oleh: Yohanes Halim Febriwjaya

Pita kuning tetap diam
kini telah menjadi kusam

Pun hati nun jauh di sini
tak pernah pergi dari sisi

tapi waktu tak berhenti
dekat pun tak pernah dihati

pita kuning masih disitu,
namun hatiku telah lalu.

akankah ia masih disini,
saat hati ini kembali?

Rabu, 06 Januari 2010

A Knight Stand

A Knight from Far Away

ride His white horse through the Horizon

without worried about the Past

keep running for an Uncertainty

Rock, Cliff, and Rain is Nonsense

Possible in the name of Courage

Stay awake and Straight away to move Forward

Prays as in the Rest of Life

Dream as a Treasure of Mind

Like Rainbow after Hard Rain

Found it and Stand as a Knight.