Senin, 26 April 2010

Pulangkah?

I

Inilah kisah hamba-Mu
yang hina,
serong dengan dosa,
anak kehidupan fana

di kaki senja ia bertanya
TUhan pergi kemana,
di lautan diselamnya,
katanya:
Tuhan tak pernah disana

hamba-Mu tak pulang
mentari lenyap,
janji setianya tak berulang,
tak bagi Tuannya ia lelap.

II

Gunung tinggi tak menghalangi,
hamba-MU mengelana bumi
tak lelah ia
bersetubuh dengan dosa

merusak kebenaran ia,
menipu ia,
memeriahkan gerbang kota
dengan seribu berita

dikatakannya di gerbang kota
berita omong kosong
tentang bumi yang penuh,
dipenuhi oleh pesta yang jenuh

III

Lupa diri ia,
bumi penuh kekosongan
tak ada kamar yang abadi
selain di rumah kemarin

Karena kemarin ia
adalah anak TUannya,
pewaris hidup Abadi,
hamba dari Yang Suci

malam Tuannya pulang,
tak punya muka ia,
hanya ingin datang
untuk mengucap jumpa

IV

tak tahu ketika pulang
akankah ia dipanggil;
anak-Ku yang bungsu?
hamba-ku yang setia?

sebab ia tak dikenal;
rumahnya melupakan dia,
sama seperti dia
di rumah tak mengenal

hanya Bapanya yang tahan,
bila ia berpulang,
dan mengadakan Jamuan
di rumah yang akan datang

Lepas

dunia tak pernah mengambil,
dan tak pernah diambil,
karena semua kembali,
dan tak bisa pergi

Kala kehidupan tak kekal,
yang dalam sementara pun tak kekal,
untuk sebentar pun tidak,
tak ada yang kumiliki seumur hidupku

kala aku tak menggenggam,
kala aku tak tahu,
bagian itu telah kelam,
tak lagi disitu

bagian itu manis,
dan pahit saat yang bersamaan,
indah dan berharga
dan tak bisa kembali

bagian yang menjauhkanku
dari sang Kebenaran,
kini telah pergi,
meninggalkan kesusahan pekerjaannya padaku

kini, aku tahu
tak semua bisa kugenggam,
karena semua bukan milikku,
karena semua akan kembali

kembali, bukan padaku,
tetapi padaMU,
yang memiliki semuaku,
dan semua yang bukan aku.