Perdagangan manusia merupakan suatu fenomena yang tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Dalam berita beberapa tahun terakhir, sering terdengar berbagai cerita mengenai penyiksaaan TKW di perantauan, kaburnya korban perdagangan manusia, atau malah penjualan yang dilakukan oleh keluarga korban. Ada suatu hal menarik yang penulis amati dari setiap berita tesebut. Beberapa faktor penyebab perdagangan manusia yang umumnya disebutkan oleh sumber berita adalah sebagai berikut:
o tuntutan untuk mendapatkan uang
o kurang kewaspadaan korban untuk mendapatkan pekerjaan
o kultur yang menempatkan wanita pada tingkat yang lebih rendah.
Ada satu persamaan yang penulis tangkap dari faktor tersebut, yaitu : kurangnya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang terutama meliputi pendidikan dalam ilmu pengetahuan, pendidikan moral, pendidikan agama,dan pendidikan kewarganegaraan
Disadari atau tidak, perdagangan manusia telah lama menjadi masalah global. Di berbagai belahan dunia, perdagangan manusia dalam berbagai bentuk terjadi. Bahkan, semenjak manusia mengenal tulisan, telah dikenal bentuk-bentuk perdagangan manusia. Atau, dengan kata lain, perdagangan manusia sama tua atau bahkan lebih tua dari sejarah. Sebagai buktinya, hukum yang mengenai perbudakan (yang merupakan salah satu bentuk perdagangan manusia) telah diatur dalam hukum tertulis pertama, Codex Hammurabi, yang diperkirakan berasal dari abad ke 18 SM. Hal ini menandakan, bahwa perbudakan telah ada sebelum hukum tersebut dibentuk.
Walau demikian, pada waktu-waktu itu perdagangan manusia masih dilegalkan, karena diaggap sebagai suatu keperluan (walaupun, tentu waktu itu sudah ada penentang, dan manusia tentu telah bisa merasakan ketidak-manusiawian dari hal itu). Namun, perdagangan manusia kemudian menjadi masalah ketika pendidikan masnusia mulai meningkat dan memunculkan Hak Asasi Manusia. Kemudian, dari munculnya hak asasi manusia itulah, muncul hukum yang melarang perdagangan manusia. Dari sinilah, penulis menarik kesimpulan bahwa salah satu penyebab utama perdagangan manusia adalah kurangnya pendidikan.
Hal ini ternyata juga dapat disimpulkan dari fakta berita. Dari kelompok negara manakah mayoritas korban perdagangan manusia berasal? Jawabannya jelas, yaitu negara berkembang, yang jelas tingkat pendidikan negaranya kalah dari negara maju.
Dari 2 hal diataslah, yaitu fakta bahwa kelompok negara berkembang adalah penyumbang terbesar untuk korban perdagangan manusia, dan fakta bahwa kemajuan zaman (dan teknologi, yang membawa pendidikan menjadi lebih baik) mengakibatkan dihapuskannya perdagangan manusia secara legal, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pendidikan secara menyeluruh adalah “pembunuh yang tepat” untuk perdagangan manusia.
Terlepas dari hal-hal diatas, pendidikan secara menyeluruh memang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah faktor pemacu bagi pertumbuhan ke arah positif bagi segala hal. Bayangkan, bila semua manusia tidak pernah mendapat “pendidikan toilet”; kloset, urinoir, serta peralatan sanitasi yang lain tidak pernah ditemukan, dan hal tersebut tidak dikenal di dunia ini, namun, dunia ini tetap seperti biasa ( kecuali dalam hal sanitasi itu) . Tentu akan banyak sekali kotoran bertebaran di mana-mana, dan akan terjadi kesibukan tambahan untuk membersihkan kotoran tersebut. Mungkin hal ini lucu (atau malah tidak), namun contoh ini menunjukkan, bahwa pendidikan yang kecil sekalipun dapat berpengaruh sangat besar, bila pendidikan itu tidak ada.
Tentu, pengaruh yang dimaksud di atas adalah pengaruh baik. Keuntungan dari pendidikan secara menyeluruh, terutama di bidang-bidang ilmu pengetahuan, moral, agama, serta kewarganegaraan amatlah jelas. Ada banyak hal yang bisa diperbaiki dengan pendidikan tersebut. Empat paragraf berikut akan menjelaskan mengenai keuntungan tersebut.
Pendidikan Ilmu penghetahuan akan memberikan pengetahuan kepada calon korban ,calon pelaku, korban dan bahkan pelaku, sehingga wawasan mereka dapat menjadi lebih luas. Dengan memiliki wawasan yang cukup luas, mereka tidak perlu terpaksa menjadi TKI atau penjual manusia. Mereka bisa saja mencari pekerjaan lain. Juga, terutama bagi orang-orang yang berpotensi menjadi korban, mereka akan menjadi lebih waspada bila mempunyai wawasan yang cukup. Juga, budaya yang lebih menonjolkan salah satu gender dan memungkinkan eksploitasi terhadap pihak yang lemah tentu dapat dihilangkan, atau setidaknya dilemahkan denga bertambahnya tingkat pendidikan.
Namun, lebih jauh lagi,tingginya pendidikan ilmu pengetahuan (saja) tidaklah cukup. Banyak bukti mengenai hal ini, yaitu penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Banyak orang pandai secara ilmu pengetahuan, namun rusak secara moral. Dengan demikian, maka pendidikan moral sangatlah penting. Bila moral mereka dapat diperbaiki, maka tentu mereka tidak akan tega melihat sesama mereka menderita, apalagi itu demi memenuhi keinginan mereka sendiri.
Setelah pendidikan moral ditegakkan, diperlukan juga pendidikan agama untuk menjaga konsistensi nilai moral yang ada di masyarakat. Contoh yang penulis ambil, yaitu nilai moral di Amerika Serikat, yang dapat dikatakan turun cukup drastis, ketika sekolah-sekolah negeri dilarang mengajarkan pelajaran agama secara spesifik(misal mendorong untuk memeluk agama tertentu). Akibatnya, meskipun diajarkan mengenai pengetahuan beragama, mereka tidak didorong untuk beribadah. Sehingga, muncullah penurunan moral, karena kurang pekanya mereka terhadap nilai-nilai, yang seharusnya dipelajari lewat ibadah-ibadah itu.
Selain keberadaan pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan juga sangatlah penting. Dengan peningkatan pendidikan kewarganegaraaan, tentu seluruh rakyat Indonesia akan mengalami peningkatan rasa nasionalisme. Dari rasa nasionalisme inilah, maka tidak akan timbul keinginan untuk menjual manusia, karena rasa sayang terhadap aset bangsa. Aset bangsa yang dimaksud, tentu adalah manusia-manusia tersebut. Bagaimanapun juga, kita tidak pernah mengetahui masa depan yang menanti mereka. Siapa yang tahu, jika Anda menjual seorang bayi, padahal jika Anda membesarkannya, bayi tersebut akan tumbuh menjadi seorang juara olimpiade sains, atau atlet tingkat dunia? Seorang yang nasionalis tidak akan melakukan sesuatu yang berpotensi merugikan bangsa, dan akan melakukan segala sesuatu demi kebaikan bangsa. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan tidak boleh diremehkan.
Demikian, hal-hal di atas secara jelas menyampaikan keuntungan dari melakukan pendidikan secara menyeluruh. Karena itu, sekali lagi pendidikan memiliki peran yang sangat sentral dalam membasmi perdagangan manusia, yang dengan demikian telah sekaligus membereskan beberapa masalah lain yang mempunyai akar sama.
Karena itu pula, keberadaan perdagangan manusia di negara ini dapat dikatakan merupakan salah satu potret kegagalan pendidikan negara ini beberapa saat yang lalu. Meskipun demikian, saya yakin bahwa pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan pendidikan di negara ini, karena pemerintah tentu sudah mulai menyadari pentingnya pendidikan, serta bantuan berbagai pihak tentu akan membantu meningkatkan pendidikan di Indonesia. Sekarang, hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah mendukung program tersebut. Mengenai caranya, tentu Anda masing-masing lebih mengetahui kemampuan Anda. Saya percaya, Anda pun juga ingin negara ini maju. Karena itu, mari kita sama-sama menyadari, mendukung, dan meningkatkan pendidikan! Jaya Indonesia!
Sabtu, 06 September 2008
Perdagangan Manusia dan Pentingnya Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
JANGAN MUDAH PERCAYA. Cobalah untuk tidak mudah percaya pada siapapun. Apalagi pada makelar TKI yang terkadang adalah penjual manusia.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci.
Thank you
Posting Komentar